Pada tahun 1785 Charles Augustin de Coulomb telah
melakukan pengamatan secara kuantitatif terhadap gaya antar muatan listrik
dengan neraca puntiran. Dari hasil percobaan tersebut ia
menemukan hubungan antara gaya tarik atau gaya tolah antar dua muatan dengan
besar muatan masing-masing serta jarak antar keduanya. Hukum ini terkenal
dengan sebutan Hukum Coulomb yang menyatakan bahwa Besarnya gaya tarik
atau gaya tolak antar dua titik bermuatan sebanding dengan besarnya muatan
masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.
Secara matematik gaya tarik atau gaya tolak antar dua muatan listrik gi udara /
vakum dapat dirumuskan sebagai :
Keterangan:
Untuk beberapa muatan yang segaris dalam mendapatkan
besar gaya coulomb (elektrostatisnya) , langsung dijumlahkan secara vektor.
Besar gaya coulomb pada muatan q1 yang
dipengaruhi oleh muatan q2 dan q3 adalah:
F1=F12 + F13
Dengan ketentuan jika arah kanan dianggap positif dan arah kiri dianggap
negatif.
Jadi besar gaya coulombnya dapat ditulis sebagai:
F1 = F12-F13
= kQ1Q2 /r122 – kQ1Q2 /r122 / r132
Jika muatannya lebih dari satu secara umum dapat ditulis sebagai :
F = F1 + F2 + F3 +…
Sekarang bagaimana gaya Coulomb dari beberapa muatan listrik yang tidak segaris?
Disini kita misalkan ada tiga buah muatan q1,q2 dan, q3.untuk menentukan gaya coulomb nya pada muatan q1 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
= kQ1Q2 /r122 – kQ1Q2 /r122 / r132
Jika muatannya lebih dari satu secara umum dapat ditulis sebagai :
F = F1 + F2 + F3 +…
Sekarang bagaimana gaya Coulomb dari beberapa muatan listrik yang tidak segaris?
Disini kita misalkan ada tiga buah muatan q1,q2 dan, q3.untuk menentukan gaya coulomb nya pada muatan q1 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
A. Cari arah gaya masing-masing antara 2 muatan listrik
B. Tentukan besar sudut antara ke dua muatan
C. Kemudian gunakan rumus berikut untuk menghitung gaya totalnya
Contoh 1:
Dua muatan titik yang sejenis dan sama besar qa = qb = 10-2 µc berada pada jarak 10 cm satu dari yang lain= 9 x 109 Nm2 C2 . Tentukan gaya tolak yang dialami kedua muatan tersebut !
A. Cari arah gaya masing-masing antara 2 muatan listrik
B. Tentukan besar sudut antara ke dua muatan
C. Kemudian gunakan rumus berikut untuk menghitung gaya totalnya
Contoh 1:
Dua muatan titik yang sejenis dan sama besar qa = qb = 10-2 µc berada pada jarak 10 cm satu dari yang lain= 9 x 109 Nm2 C2 . Tentukan gaya tolak yang dialami kedua muatan tersebut !
Penyelesaian:
Jadi besar gaya tolak yang dialami kedua muatan adalah 9
X 10-5 N
Contoh 2 :
Dua buah muatan listrik berada pada jarak 4 cm satu dengan yang lainnya.kedua muatan itu kemudian saling dijauhkan hingga gaya tolak menolaknya menjadi seperempat kalinya. Tentukan jarak baru antar kedua muatan tersebut!
Penyelesaian :
F= KQ1 Q2 /r2
Dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa:
F ~ 1/r2
Dengan Demikian :
Contoh 2 :
Dua buah muatan listrik berada pada jarak 4 cm satu dengan yang lainnya.kedua muatan itu kemudian saling dijauhkan hingga gaya tolak menolaknya menjadi seperempat kalinya. Tentukan jarak baru antar kedua muatan tersebut!
Penyelesaian :
F= KQ1 Q2 /r2
Dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa:
F ~ 1/r2
Dengan Demikian :
Jadi Jarak Baru Antar Kedua Kutub Tersebut Adalah 8 Cm
Mengenal Hukum Coulomb
Seorang
fisikawan Perancis, Charles Augustin de Coulomb (1736 – 1806) melakukan
eksperimen fisika pada tahun 1784. Hasil temuan Charles Coulomb sekarang ini
dikenal dengan nama hukum Coulomb.
Experimen dilakukan dengan menggunakan neraca puntir. Alat ini mirip seperti
yang digunakan Cavendish ketika mengkaji gaya gravitasi. Kalau Cevendish
menggunakan bola bermassa, sedangkan Charles Coulomb menggunakan bola konduktor
bermuatan listrik. Ukuran bola konduktor yang digunakan bermuatan sangat kecil
sehingga bisa dianggap sebagai muatan titik. Bola konduktor yang digunakan
bermuatan listrik dan untuk memvariasikan besarnya muatanCharles Coulomb
melakukannya dengan cara induksi.
Cara memvariasikan besarnya muatan listrik pada bola konduktor dialkukan
misalnya dengan cara seperti ini, mula-mula terdapat sebuah bola konduktor yang
bermuatan listrik. Agar muatan pada bola konduktor tersebut menjadi setengah
dari muatannya maka bola konduktor tersebut disentuhkan dengan bola konduktor
lainnya dengan dimensi sama. sehingga Ketika disentuhkan muatan akan terbagi
merata pada kedua bola tersebut, maka muatan dibola pertama akan berkurang
setengahnya.
Awalnya Charles Coulomb meneliti pengaruh besarnya muatan listrik yang dimiliki
oleh bola konduktor yang bermuatan listrik terhadap besarnya gaya tarik atau
gaya tolak antara dua bola konduktor bermuatan listrik. Charles Coulomb
menemukan bahwa besarnya gaya tarik atau gaya tolak antara dua bola konduktor
bermuatan, sebanding dengan muatan pada masing-masing bola konduktor tersebut.
Dalam hal ini, jika muatan pada sebuah bola konduktor ditambahkan menjadi 2
kali lipat maka besarnya gaya tarik atau gaya tolak juga bertambah menjadi dua
kali lipat. Jika muatan pada kedua bola konduktor ditambahkan menjadi dua kali
lipat maka besarnya gaya tarik atau gaya tolak bertambah menjadi empat kali
lipat.
Dari hasil experimen tersebut Coulomb menyimpulkan bahwa besarnya gaya tarik
atau gaya tolak antara dua bola konduktor bermuatan (dua muatan titik)
sebanding dengan hasil kali antara besarnya muatan pada bola konduktor pertama
dengan besarnya muatan pada bola konduktor kedua. Secara matematis ditulis
seperti ini :
F x q1q2
Maka lahirlah Hukum Coulomb
Hukum Coulomb
Kamu telah mengetahui, bahwa benda-benda yang
bermuatan sejenis akan tolak-menolak, dan benda-benda yang bermuatan tidak
sejenis akan tarik-menarik. Tarik-menarik dan tolak-menolak tersebut
diakibatkan oleh adanya gaya tarik atau gaya tolak. Faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi besarnya gaya listrik tersebut?
Pada Kegiatan 2, tentunya kamu mengetahui, bahwa
besarnya gaya tarik atau tolak pada benda-benda bermuatan listrik ternyata
dipengaruhi oleh jarak antara benda bermuatan tersebut. Kamu harus mendekatkan
penggaris plastik yang telah digosok sedekat mungkin dengan batang kaca, agar
kamu dapat melihat gejala gaya tarik yang terjadi. Jika penggaris plastik kamu letakkan
pada relatif jauh dari batang kaca, maka gaya tarik yang terjadi tidak dapat
diamati, karena kecilnya. Ternyata, gaya tarik-menarik atau tolak-menolak
antara muatan listrik dipengaruhi oleh jarak antara muatan tersebut. Jika jarak
antara muatan kecil (berdekatan), maka gaya listrik yang terjadi besar.
Sebaliknya jika jaraknya diperbesar (berjauhan), maka gaya listrik yang terjadi
kecil.
Kamu juga mengamati, agar gaya tarik-menarik atau
tolak-menolak yang terjadi besar, kamu harus menggosok batang kaca atau
penggaris plastik dengan kain keras-keras dan beberapa kali gosokan. Semakin
keras dan sering kamu menggosoknya, muatan listrik yang terkumpul juga semakin
besar. Hal ini menunjukkan semakin banyak muatan listrik yang ada, gaya listrik
yang terjadi juga semakin besar.
Gejala seperti yang kamu amati di atas telah
diselidiki oleh ilmuwan Perancis yang bernama Charles Coulomb (1736-1806). Pada
tahun 1785, beliau menyelidiki hubungan antara besar muatan dan jarak
antara muatan dengan besar gaya listrik yang dihasilkan.
Penyelidikan Coulomb menggunakan 2 bola konduktor
kecil A dan A’ yang digantungkan melalui kawat tipis. Bola serupa, yaitu bola B
diletakkan di dekat bola A. Bola A dan B bersama-sama disentuhkan pada benda
bermuatan, sehingga mendapatkan muatan yang sama, karena ukuran bola tersebut
sama. Ketika bola B diletakkan pada jarak tertentu dari bola A, maka batang
penghubung A dan A’ akan berputar sedikit. Dengan mengukur sudut putaran
tersebut, Coulomb dapat menentukan gaya yang diperlukan untuk memutarnya.
Dengan menempatkan bola B yang berubah-ubah
jaraknya dari bola A, dan mengukur gaya listrik yang dihasilkan, Coulomb
berkesimpulan bahwa gaya listrik (F) yang terjadi berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara kedua pusat bola A dan B.
Coulomb selanjutnya mengubah-ubah muatan listrik
pada bola A dan bola B, dengan cara menyentuhkan bola A dan bola B pada bola
serupa yang netral, sehingga muatan di bola A dan bola B menjadi tinggal
separuhnya. Hasil percobaannya menunjukkan, gaya listrik berbanding lurus
dengan besar muatan di bola A (qA) dan besar muatan di bola B (qB).
Berdasarkan hasil tersebut, misalkan muatan di bola
A menjadi 2 kali semula, dan muatan di bola B menjadi 3 kali semula, maka gaya
listrik yang terjadi menjadi 2 × 3 atau 6 kali semula.
Berdasarkan hasil-hasil di atas, akhirnya Coulomb
menyimpulkan besar gaya listrik antara dua muatan listrik yang terpisah pada
jarak tertentu berbanding lurus dengan besar kedua muatan tersebut dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
kedua muatan tersebut. Pernyataan ini dikenal
sebagai Hukum Coulomb,
Hukum coulomb
Hukum Coulomb merupakan hukum yang menjelaskan hubungan
antara gaya akibat yang dihasilkan dua muatan tanpa kontak secara
langsung.
Hukum ini menyatakan apabila terdapat dua buah titik muatan maka akan timbul
gaya di antara keduanya, yang besarnya sebanding dengan perkalian nilai kedua muatan dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antar keduanya .
Interaksi antara benda-benda bermuatan (tidak hanya titik muatan) terjadi
melalui gaya tak-kontak yang bekerja melampaui jarak separasi .
Adapun hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa arah gaya pada
masing-masing muatan terletak selalu sepanjang garis yang menghubungkan kedua
muatan tersebut. Gaya yang timbul dapat membuat kedua titik muatan saling
tarik-menarik atau saling tolak-menolak, tergantung nilai dari masing-masing
muatan. Muatan sejenis (bertanda sama) akan saling tolak-menolak, sedangkan
muatan berbeda jenis akan saling tarik-menarik.
Intensitas medan listrik
Medan listrik didefinisikan sebagai ruang disekitar muatan listrik sumber
dimana muatan listrik lainnya dalam ruang ini akan mengalami gaya Coulomb atau
gaya listrik. (tarik atau btolak). Benda bermuatan yang menghasilkan medan
listrik kita namakan muatan sumber. Muatan lain yang diletakkan dalam pengaruh
medan listrik muatan sumber kita namakan muatan uji. Kuat medan listrik pada
lokasi dimana muatan uji berada kita definisikan sebagai besar gaya coulomb
(gaya listrik) yang bekerja pada muatan itu dibagi dengan
E = F/qo
Keterangan :
E = kuat medan listrik (N/C)
F = Gaya Coulomb (N)
q0 = besar muatan uji (C)
Kuat medan listrik termasuk besaran vector. Oleh karena itu, seperti gaya
Coulomb, prinsip superposisi juga berlaku untuk kuat medan listrik. Misalkan
sebuah titik P dipengaruhi oleh dua buah muatan sumber q1 dan q2. Menurut
prinsip superposisi, kita hitung terlebih dahulu tiap kuat medan listrik oleh
q1 dan q2 secara terpisah, misalkan E1 dan E2. Kemudian kita hitung kuat medan
listrik di P yang merupakan resultan dari E1 dan E2. Ep = E1 + E2
Persamaan garis medan
Mengenai garis-garis dari medan listrik ada tiga hal yang harus diperhatikan
yaitu :
tidak ada perpotongan pada garis-garis medan listrik.
bersifat radial keluar menjauhi keluar menjauhi muatan positif dan radial
kedalam mendekati muatan negativ.
daerah dimana garis-garis medan listrik rapat menyatakan tempat yang medan
listriknya kuat. Sedangkan tempat dimana garis-garis medan listrik renggang
menyatakan tempat yang medan listriknya lemah.
Kerapatan Fluks Listrik, Hukum Gauss Dan Divergensi
\
Fluks dan kerapatan fluks listrik
Fluks Listrik merupakan hasil perkalian antara medan listrik dengan luasan yang
dilalui arus tersebut. Secara matematis dituliskan :
Φ = E A
dengan:
Φ = fluks listrik (N m2/C)
E = medan listrik
A = luasan (m2 )
Akibat medan listrik sebanding dengan jumlah garis gaya per luas satuan, maka
fluks tersebut akan sebanding dengan jumlah garis gaya medan yang melewati
besarnya lintasan.
Sehingga dapat dituliskan:
Φ = E .n A = E A cos θ = En A
Dimana En = E . n merupakan bagian dari vektor medan listrik normal
terhadap permukaan tersebut.
contoh ńi merupakan vektor satuan yang tegak lurus terhadap elemen ke- i
dan ∆Ai adalah luasnya. Fluks untuk medan listrik yang melewati elemen ini
adalah:
∆Φi = E . ńi ΔAi
Untuk mengetahui jumlah fluks total yang melewati permukaan ini adalah dengan
melihat secara keseluruhan jumlah dari ∆Φi terhadap senua elemen
tersebut. Jika dilihat Dalam bentuk limitnya pada saat jumlah elemen ini
mendekati tak hingga dan luas elemen-elemennya mendekati nol, maka jumlah
ini akan menjadi sebuah integral.
Secara umum definisi fluks listrik ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Φ = lim ∑ E .ńΔAi = ⌡ E . ń dA
ΔAi→0
B. HUKUM GAUSS
Hukum
Gauss adalah sebuah alternatif untuk menjelaskan bagaimana muatan listrik dan
medan listrik berperilaku. Satah satu konsekuensi dari hukum ini adalah bahwa
muatan statik pada konduktor terdapat pada permukaan konduktor itu, bukan di
bagian dalamnya. Itulah sebabnya mengapa anak ini mendapatkan muatan listrik
ketika menyentuh bola logam bermuatan. Rambut pada kepala anak itu saling
tolak-menolak dan berdiri. Seringkali, ada dua cara, yaitu cara yang mudah dan
cara yang sukar untuk melakukan sebuah pekerjaan; cara mudah itu melibatkan tak
lebih daripada penggunaan alat-alat yang tepat. Dalam fisika, sebuah alat
penting untuk menyederhanakan soal adalah penggunaan sifat-sifat simetri dari
sistem. Banyak sistem fisika mempunyai simetri; contohnya, sebuah silinder
tidak kelihatan berbeda setelah Anda merotasikannya mengelilingi sumbunya, dan
sebuah bola logam bermuatan keliliatan sama saja setelah Anda memutarkannya
terhadap sebarang sumbunya yang melalui pusatnya.
Hukum
Gauss adalah bagian dari kunci penggunaan pertimbangan simetri untuk
menyederhanakan perhitungan medan-listrik. Misalnya, medan distribusi muatan
garis lurus atau distribusi muatan lembar bidang, yang kita turunkan dalam
Subbab 22-7 dengan menggunakan beberapa integrasi yang sangat rumit, dapat
diperoleh dalam beberapa baris dengan bantuan hukum Gauss. Sebagai tambahan
untuk membuat perhitungan tertentu lebih mudah, hukum Gauss akan memberikan
juga kepada kita pandangan ke dalam (insight) mengenai bagaimana muatan
listrik mendistribusikan dirinya pada benda penghantaf (konduktor).
Berikut
ini diterangkan tentang apa sebenarnya hukum Gauss itu. Jika ada suatu distribusi
muatan yang umum, kita mengelilinginya dengan sebuah permukaan khayal yang
mencakup muatan itu. Kemudian kita perhatikan medan listrik di berbagai titik
pada permukaan khayal ini.
Hukum
Gauss adalah sebuah hubungan antara medan di semua titik pada permukaan
dengan muatan total yang tercakup di dalam permukaan itu. Hal ini mungkin
kedengarannya menyerupai sebuah cara yang cenderung tidak langsung untuk
menyatakan sesuatu, tetapi terbukti akan merupakan sebuah hubungan yang sangat
berguna. Selain kegunaannya sebagai alat perhitungan Hukum Gauss akan mem-bantu
kita mendapatkan penglihatan (insight) yang lebih dalam mengenai medan
listrik. Kita akan memanfaatkan penglihatan tersebut berulang-ulang dalam
beberapa bab berikutnya seiring kita meneruskan pengkajian kita mengenai
elektromagnetisme.
MUATAN
DAN FLUKTUASI LISTRIK
Berikut adalah sebuah contoh. Tinjaulah
kotak yang diperlihatkan dalam Gambar23-1a,yang mungkin atau mungkin tidak
berisi muatan listrik. Kita akan membayangkan bahwa kotak itu, dibuat dari
material yang tidak mempunyai efek pada setiap medan listrik; kotak itu sama
seperti tali tak bermassa, bidang miring tanpa gesekan, dan pendidikan tinggi
yang gratis. Lebih baik lagi, andaikanlah kotak itu menyatakan sebuah permukaan
khayal yang mungkin atau mungkin tidak mencakup sejumlah muatan. Kita
akan merujuk pada kotak itu sebagai permukaan tertutup (closed surface)
karena kotak itu secara lengkap mencakup sebuah volume. Bagaimanakah Anda dapat
menentukan berapa banyak muatan listrik (ika ada) yang terdapat di dalam kotak
itu?
Dengan
mengetahui bahwa sebuah distribusi muatan menghasilkan sebuah medan listrik dan
bahwa sebuah medan listrik mengerahkan gaya pada muatan uji, maka Anda dapat
menggerakkan sebuah muatan uji qo mengitari tepi kotak itu. Dengan
mengukur gaya Fρ yang dialami oleh muatan uji itu di kedudukan yang
berbeda-beda, maka Anda membuat sebuah peta berdimensi tiga dari medan listrik lqoFEρρ=
di luar kotak itu. Dalam kasus yang diperlihatkan dalam Gambar 23-1b, peta itu
terbukti sama seperti medan listrik yang dihasilkan oleh sebuah muatan titik
positif (Gambar 22-22a). Dari rincian peta itu, Anda dapat mencari nilai eksak
dari muatan titik di dalam kotak itu.
Untuk
menentukan kandungan kotak itu, kita sesungguhnya hanya perlu mengukur Eρ
pada permukaan kotak. Dalam Gambar 23-2a ada sebuah muatan titik positif
tunggal, dan dalam Gambar 23-2b ada dua muatan positif tunggal. Pola-pola medan
pada permukaan kotak itu berbeda rinciannya, tetapi dalam kedua kasus, medan
listrik itu menunjuk ke luar dari kotak tersebut. Gambar-gambar 23-2c dan 23-2d
memperlihatkan kasus-kasus berturut-turut dengan satu dan dua muatan titik
negatif, di dalam kotak tersebut. Sekali lagi, rincian dari Eρ pada
permukaan kotak itu berbeda, tetapi dalam kedua kasus medan itu menunjuk ke
dalam kotak.
dalam
Gambar 23-2a dan 23-2b, di mana vektor medan listrik menunjuk ke luar dari
permukaan itu, kita mengatakan bahwa ada sebuah fluks listrik (electric
flux) ke arah luar. (Kata flux berasal dari kata Latin yang berarti
"aliran".) Dalam Gambar 23-2c dan Gambar 23-2d vektor Eρ
menunjuk ke dalam permukaan, dan fluks listrik itu ke arah dalam.
Gambar
23-3 tiga klasus yang menunjukkan muatan netto nol didalam sebuah kotak dan
tidak ada fluks listrik yang melalui kotak itu.
(a) sebuah kotak kosong (b) sebuah kotak yang berisi satu muatan titik
positif dan satu muatan titik negatif yang besarnya sama (c) sebuah kotak
kosong yang dicelupkan dalam sebuah medan listrik homogen
Gambar
23-2 menyarankan sebuah hubungan yang sederhana: Muatan positif di dalam kotak
itu bergerak bersama sebuah fluks listrik yang arahnya ke luar melalui
permukaan kotak itu, dan muatan negatif di dalam kotak itu bergerak bersama
sebuah fluks listrik yang arahnya ke dalam. Apa yang terjadi jika ada muatan nol
di dalan kotak itu? Dalam Gambar 23-3a kotak itu kosong dan di mana-mana 0=Eρ,
sehingga tidak ada fluks listrik ke dalam atau ke luar kotak itu. Dalam Gambar
23-3b, satu muatan titik positif dan satu muatan titik negatif yang besarnya
sama dicakup di dalam kotak itu, sehingga muatan netto di dalam kotak
itu adalah nol. Ada sebuah medan listrik, tetapi medan listrik itu
"mengalir ke dalam" kotak pada setengah permukaannya dan"
mengalir ke luar" kotak pada setengah permukaan lainnya. Maka tidak ada
fluks listrik netto ke dalam atau ke luar kotak tersebut. Kotak itu
sekali lagi kosong dalam Gambar 23-3c. Akan tetapi, ada muatan yang hadir di
luar kotak itu; kotak itu telah ditempatkan dengan satu ujungnya sejajar dengan
sebuah lembaran tak berhingga yang bermuatan homogen, yang menghasilkan sebuah
medan listrik homogen
sejajar
dengan permukaan sehingga tidak menunjuk baik ke dalam maupun ke luar kotak
itu. Seperti dalam Gambar 23-3b, fluks listik yang menuju ke dalam pada satu
bagian kotak itu secara eksak mengkompensasi fluks listrik yang menuju ke luar
pada bagian lain kotak itu. Maka dalam semua kasus yang diperlihatkan dalam
Gambar 23-3, tidak ada fluks listrik netto yang melalui permukaan kotak
itu, dan tidak ada muatan netto tercakup dalam kotak itu. yang tegak
lurus terhadap lembar itu (seperti yalg telah kita pelajari dalam Contoh 22-12
dan Subbab 22-7). Pada satu ujung kotak itu, Eρ menunjuk ke dalam kotak;
pada ujung yang berlawanan, Eρ menunjuk ke luar kotak itu; dan pada
sisi-sisi kotak itu, Eρ
Gambar
23-2 dan 23-3 mendemonstrasikan hubungan di antara tanda (positif,
negatif atau nol) dari muatan netto yang dicakup oleh sebuah permukaan
tertutup dan arah (ke luar, ke dalam, atau tidak ke mana-mana) dari fluks
listrik netto yang melalui permukaan itu. Ada juga hubungan di antara besar
(magnitude) muatan netto di permukaan tertutup itu dan kekuatan (strength)
"aliran" netto dari Eρ pada permukaan itu. Dalam kedua Gambar
23-4a dan23-4b ada sebuah muatan titik tunggal di dalam kotak itu, tetapi dalam
Gambar 23-4b besar muatan itu adalah dua kali besar muatan dalam Gambar 23-4a,
sehingga Eρ di mana-mana adalah dua kali besar Eρ dalam Gambar
23-4a. Dengan mengingat analogi aliran fluida, ini berarti bahwa fluks listrik
ke arah luar netto dalam Gambar 23-4b adalah dua kali besar fluks listik ke
arah luar netto Gambar 234a. Hal tersebut menunjukkan bahwa fluks listrik netto
yang melalui permukaan kotak itu berbanding langsung dengan besarnya
muatan netto yang tercakup oleh kotak itu.
Kesimpulan
ini tidak bergantung pada ukuran kotak itu. Dalam Gambar 23-4c muatan titik +q
dicakup oleh sebuah kotak yang dimensi linearnya dua kali dimensi linear dari
kotak dalam Gambar 23-4a. Besar medan listrik dari sebuah muatan titik
berkurang seiring makin besarnya jarak, sesuai dengan 1/r² , sehingga
besar Eρ rata-rata pada setiap muka kotak besar dalam Gambar 23-4c
persis sama dengan ¼ dari besar rata-ratanya pada muka yang bersangkutan dalam
Gambar 23-4a. Tetapi setiap muka kotak besar itu secara eksak mempunyai luas
yang besarnya empat kali luas muka yang bersangkutan dari kotak kecil itu. Maka
fluks listrik ke arah luar akan sama untuk kedua kotak itu jika kita mendefinisikan
fluks listrik sebagai berikut: Untuk setiap muka kotak itu, ambillah hasil
kali dari komponen tegak lurus rata-rata dari Eρ dan luas muka tersebut;
kemudian jumlahkan hasil-hasil dari semua muka kotak itu. Dengan definisi ini,
fluks lisfik netto yang ditimbulkan oleh sebuah muatan titik tunggal di dalam
kotak itu tak bergantung pada ukuran kotak dan hanya bergantung pada muatan
netto di dalam kotak itu'
Kita
telah melihat bahwa ada hubungan di antara jumlah netto dari muatan di dalam
sebuah permukaan tertutup dan fluks listrik yang melalui permukaan tersebut.
Untuk kasus khusus dari sebuah permukaan tertutup dalam bentuk sebuah kotak
persegi dan distribusi muatan yang dibentuk oleh muatan-muatan titik atau
lembaran bermuatan yang luasnya tak berhingga, kita tetah mendapatkan hal-hal
sebagai berikut:
1.
Apakah fluks listrik netto yang mengalir arahnya ke luar atau ke dalam melalui
sebuah permukaan tertutup bergantung pada tanda dari muatan yang dicakup itu.
2.
Muatan di luar permukaan itu tidak memberikan sebuah fluks listrik netto
melalui permukaan tersebut.
3. Fluks-fluks listrik netto itu
berbanding langsung dengan jumlah netto dari muatanyang tercakup di dalam
permukaan itu tetapi tidak bergantung pada ukuran permukaan tertutup itu.
Pengamatan-pengamatan
ini adalah pernyataan kualitatif dari hukum Gauss.
MENGHITUNG
FLUKS LISTRIK
Secara
kualitatif fluks listrik yang melalui sebuah permukaan adalah sebuah gambaran
mengenai apakah medan listrik Eρ menunjuk ke dalam atau ke luar
permukaan itu. Kita menggunakan hal ini untuk memberikan pernyataan kualitatif
kasar dari hukum Gauss: Fluks listrik netto yang melalui sebuah permukaan
tertutup berbanding langsung dengan muatan netto di dalam permukaan tersebut.
Untuk mampu memanfaatkan sepenuhnya hukum ini, kita perlu mengetahui bagaimana menghitung
fluks listrik. Untuk melakukan ini, marilah sekali lagi kita memanfaatkan
analogi di antara medan listrik Eρ dan medan vektor kecepatan Vρ
dalam sebuah fluida yang mengalir. (Sekali lagi, ingatlah bahwa ini hanyalah
sebuah analogi; medan listrik bukanlah sebuah aliran.)
Gambar
23-5 memperlihatkan sebuah fluida yang mengalir secara tetap dari kiri ke
kanan. Marilah kita memeriksa kecepatan aliran volume dV/dt (dalam, katakanlah,
meter kubik per detik) melalui segiempat siku-siku kawat yang luasnya adalah A.
Bila luas itu tegak lurus terhadap kecepatan aliran Vρ (Gambar 23-5a)
dan kecepatan aliran itu sama di semua titik dalam fluida, maka kecepatan
aliran volume dV/dt adalah luas A dikalikan dengan laju aliran v:
dV/dt =
vA
Bila
segiempat siku-siku dimiringkan pada sudut Φ (Gambar 23-5b) sehingga mukanya
tidak tegak lurus terhadap Vρ maka luas yang diperhitungkan adalah luas
bayangan hitam yang kita lihat bila kita memandangnya dalam arah Vρ luas
ini, yang digambarkan berwarna merah dan ditandai dengan A, dalam Gambar 23-5b,
adalah proyeksi dari luas A pada sebuah permukaan yang tegak lurus terhadap Vρ.
Dua sisi dari segiempat siku-siku yang diproyeksikan itu mempunyai panjang yang
sama seperti sisi aslinya, tetapi kedua sisi lainnya dipendekkan oleh sebuah
faktor sebesar cos Φ, sehingga luas panjang diproyeksikan itu sama dengan A cos
Φ. Maka kecepatan aliran volume melalui A adalah
dV/dt = cos φ vA
CONTOH
23-1
Fluks
listrik melalui sebuah cakram Sebuah cakram dengan
jari-jari 0,10 m diorientasikan dengan vektor satuan normalnya membentuk sudut
30" dengan sebuah medan listrik homogen nˆEρ yang besarnya
2,0 x 10r N/C (Gambar 23-:7). (Karena ini bukanlah sebuah permukaan tertutup,
maka permukaan itu tidak mempunyai "di dalam" atau "di
luar". Itulah sebabnya mengapa kita harus menetapkan arah dari n dalam
gambar itu.) a) Berapa fluks listrik yang melalui cakram itu? b) Berapa fluks
yang melalui cakram itu. Jika cakram itu diputar sehingga normalnya tegak lurus
terhadap ˆEρ c)Berapa fluks yang melalui cakram itu jika normalnya
sejajar dengan Eρ
PENYELESAIAN
a) luas adalah A=. Dari persamaan (23-1),
220314,0)10,0(mm=π
)30)(cos0314,0)(/100,2(cos023mCNxEAE==Φφ
=
54 N . m2/C
b)
Normal terhadap cakram itu sekarang tegak lurus terhadap E,sehingga Dalam kasus
ini tidak ada fluks yahg melalui cakram itu. c) Normal terhadap cakram itu
sejajar 0,0cos,900===Edanφϕφ
dengan
1cos,0,==φφsehingga Eρ dan fluks itu mempunyai nilai.
CONTOH
23-2
Fluks
listrik melalui sebuah bola Sebuah muatan titik positif q =3,0 μC dikelilingi
oleh sebuah bola dengan jari-jari 0,20 m yang beryusat pada muatan itu (Gambar
23-9). Carilah fluks listrik yang melalui bola itu yang ditimbulkan oleh muatan
ini.
PENYELESAIAN
Di setiap titik
pada bola itu, besar Eρ adalah
262920)20,0(100,3)/.100,9(4mCxCmNxrqE−=∈=π
CNx/1075,65=
Berdasarkan
simetri, medan itu tegak lurus terhadap permukaan bola di tiap-tiap titik. Arah
positif untuk kedua dan ke arah luar, sehingga nˆ⊥EEE+=⊥
dan
fluks yang melalui sebuah elemen permukaan dA adalah E dA. Dalarn Persamaan
(23-5), Eρ adalah sama di tiaptiap titik dan dapat dikeluarkan dari
integral; apa yang tersisa adalah ∫dA yang tak lain dari luas total dari
permukaan bola itu. Jadi, fluks total yang ke luar dari bola itu adalah 24rAπ=
25)20,0)(4)(/1075,6(mCNxEAEπ==Φ
./.104,325CmNx=
Perhatikan
bahwa kita membagi dengan untuk mencari 22)20,0(mr=Eρ kemudian
mengalikannya dengan untuk mencari 22)20,0(mr=Eφ maka jari-jari r
dari bola itu saling meniadakan dalam hasil untuk @". Kita akan memperoleh
fluks yang sama dengan bola yang jari-jarinya 2,0 m atau 200 m. Pada pokoknya
kita sampai pada kesimpulan yang s.rma dalam pembicaraan kita mengenai Gambar
23-4 dalam Subbab 23-2, di mana kita meminjam permukaan-permukaan tertutup yang
berbentuk segi empat siku-siku yang mempunyai dua ukuran yang berbeda yang
mencakup sebuah muatan titik. Di sana kita mendapatkan bahwa fluks dari Eρ
tidak bergantung pada ukuran permukaan itu; hasil yang sama berlaku untuk
sebuah permukaan bola. Sesungguhnya, fluks yang melalui sebarang permukaan yang
mencakup sebuah muatan titik tunggal tidak bergantung pada bentuk atau ukuran
permukaan itu, seperti yang akan segera kita lihat
C. HUKUM OHM
Hukum Ohm adalah
suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui
sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya.
Bunyi Hukum Ohm :
“Jika suatu arus listrik melalui suatu penghantar,
maka kekuatan arus tersebut adalah sebanding-laras dengan tegangan listrik yang
terdapat di antara kedua ujung penghantar tadi.”
Keterangan :
I :
kuat arus listrik (ampere)
V :
tegangan listrik (volt)
R :
hambatan listrik (ohm)
Hambatan atau disebut juga tahanan atau resistansi
adalah sesuatu yang sering dibicarakan dalam bidang fisika elektronika. Apa
sebenarnya fungsi dari hambatan tersebut? Dari data pengamatan kalian
menunjukkan ada hubungan yang menarik antara kuat arus dan hambatan. Jika nilai
hambatan diperbesar maka kuat arus akan menurun untuk beda potensial yang
tetap, sehingga bisa ditulis,
Persaman di atas menunjukkan bahwa hambatan
berbanding terbalik dengan kuat arus. Dari Tabel 9.1 ditunjukkan bahwa jika
nilai hambatan konstan maka hubungan antara kuat arus dan beda potesial adalah
berbanding lurus, dengan kata lain semakin besar beda potensial makin besar
kuat arusnya, lihat Gambar 9.1. Secara matematika dapat ditulis,
Penggabungan ke dua persamaan dapat ditulis,
Persamaan di atas disebut hukum Ohm, dengan R
adalah hambatan yang dinyatakan dalam satuan ohm ditulis dalam simbol Ω
(omega). Berdasarkan hukum Ohm, 1 ohm didefinisikan sebagai hambatan yang
digunakan dalam suatu rangkaian yang dilewati
kuat arus sebesar 1 ampere dengan beda potensial 1 volt. Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan pengertian hambatan yaitu perbandingan antara beda potensial dan kuat arus.
kuat arus sebesar 1 ampere dengan beda potensial 1 volt. Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan pengertian hambatan yaitu perbandingan antara beda potensial dan kuat arus.
Ampere
Definisi satu ampere adalah satu coulomb muatan
yang bergerak melalui sebuah titik dalam satu sekon. Arus listrik dapat terjadi
apabila di dalam sebuah rangkaian terdapat beda potensial. Hubungan antara kuat
arus listrik dan beda potensial listrik secara grafik dapat dilihat pada Gambar
9.1. Hubungan linier antara kuat arus dan beda potensial menunjukkan makin
besar beda potensial makin besar kuat arusnya. Hubungan kesebandingan antara
beda potensial dan kuat arus perlu adanya faktor pembanding yang disebut
hambatan.
Contoh Soal 9.1 Pada sebuah percobaan hukum Ohm,
diperoleh grafik seperti pada gambar di bawah ini!
2. Perhatikan tabel di bawah ini!
Berdasarkan tabel di atas, berapa besar hambatan
yang digunakan untuk percobaan!
yang digunakan untuk percobaan!
D.
HUKUM KIRCHHOFF
Gustaf Robert Kirchoff adalah
seorang fisikawan jerman yang berkontribusi pada pemahaman konsep dasar teori
rangkaian listrik, spektroskopi, dan emisi radiasi benda hitam yang dihasilkan
oleh benda-benda yang dipanaskan.
Dalam kelistrikan, sumbangan
utamanya adalah dua hukum dasar rangkaian, yang kita kenal sekarang dengan
Hukum I dan Hukum II Kirchoff. Kedua hukum dasar rangkaian ini sangat
bermanfaat untuk menganalisis rangkaian-rangkaian listrik majemuk yang cukup
rumit. Akan tetapi sebagian orang menyebut kedua hukum ini dengan Aturan
Kirchoff, karena dia terlahir dari hukum-hukum dasar yang sudah ada sebelumnya,
yaitu hukum kekekalan energi dan hukum kekekalan muatan listrik.
Di pertengahan abad 19 Gustav Robert
Kirchoff (1824 – 1887) menemukan cara untuk menentukan arus listrik pada
rangkaian bercabang yang kemudian di kenal dengan Hukum Kirchoff. Hukum ini
berbunyi “ Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan
jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan”. Yang kemudian di kenal
sebagai hukum Kirchoff I. Secara matematis dinyatakan
Di dalam rangkaian listrik (terdiri
dari sumber tegangan dan komponen-komponen), maka akan berlaku Hukum-hukum
kirchhoff. Hukum ini terdiri dari hukum kirchhoff tegangan (Kirchhoff voltage
law atau KVL) dan hukum Kirchhoff arus (Kirchhoff Current Law atau KCL).
HUKUM KIRCHHOFF TEGANGAN
Hukum ini menyebutkan bahwa di dalam
suatu lup tertutup maka jumlah sumber tegangan serta tegangan jatuh adalah nol.
Gambar 1. Contoh suatu ikal tertutup
dari rangkaian listrik
Seperti diperlihatkan dalam Gambar 1 di
atas, rangkaian ini terdiri dari sumber tegangan dan empat buah komponen. Jika
sumber tegangan dijumlah dengan tegangan jatuh pada keempat komponen, maka
hasilnya adalah nol, seperti ditunjukan oleh persamaan berikut.
HUKUM KIRCHHOFF ARUS
Hukum Kirchhoff arus menyebutkan bahwa
dalam suatu simpul percabangan, maka jumlah arus listrik yang menuju simpul
percabangan dan yang meninggalkan percabangan adalah nol.
Gambar 2 adalah contoh percabangan arus
listrik dalam suatu simpul. Dalam Gambar 2, terdapat tiga komponen arus yang
menuju simpul dan tiga komponen arus yang meninggalkan simpul. Jika keenam
komponen arus ini dijumlahkan maka hasilnya adalah nol, seperti diperlihatkan
dalam persamaan berikut.
IX.
HUKUM KIRCHOFF
Teori
Analisa
arus listrik (I) dan tegangan (E) Kasus sederhana
seri
/ paralel
Seri :
I
AB = I BC = I
E1
= I (R1+R2)
R total = R1+R2
Paralel
:
E
R1 = E R2 = E R3
I AB =
IR1+IR2+IR3
Analisa
arus listrik (I) dan tegangan (E) Kasus
multiloop/kompleks
HKM Kirchoff
HKM KIRCHOFF 1
“Pada
setiap cabang, jumlah arus yang memasuki cabang sama
dengan jumlah arus
yang meninggalkan cabang tersebut”
I = I1+I2+I3
HKM KIRCHOFF 2
“Jumlah
potensial (V) yang mengelilingi lintasan tertutup sama
dengan
nol”
ΣVtertutup
= 0
ΣE +Σ(I.R) = 0
Dengan contoh :
−I3R1
− I2R2 − E2 − I3R1 + E2 = 0
−I1 R1
− E1 − I1 R1 + E2 + I 2
R2 = 0
Di pertengahan abad 19 Gustav Robert Kirchoff (1824
– 1887) menemukan cara untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang
yang kemudian di kenal dengan Hukum Kirchoff. Hukum ini berbunyi “ Jumlah kuat
arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang
keluar dari titik percabangan”. Yang kemudian di kenal sebagai hukum Kirchoff I.
Secara matematis dinyatakan
Bila digambarkan dalam bentuk rangkaian
bercabang maka akan diperoleh sebagai berikut::
Hukum Kirchoff secara keseluruhan
ada 2, dalam sub ini akan dibahas tentang hukum kirchoff 2. Hukum
Kirchoff 2 dipakai untuk menentukan kuat arus yang mengalir pada rangkaian
bercabang dalam keadaan tertutup (saklar dalam keadaan tertutup).
Perhatikan gambar berikut!
Hukum
Kirchoff 2 berbunyi : ” Dalam
rangkaian tertutup, Jumlah aljabbar GGL (E) dan jumlah penurunan potensial sama
dengan nol”. Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol
adalah tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut, atau
dalam arti semua energi listrik bisa digunakan atau diserap.
Dari
gambar diatas kuat arus yang mengalir dapat ditentukan dengan menggunakan
beberapa aturan sebagai berikut :
- Tentukan arah putaran arusnya
untuk masing-masing loop.
- Arus yang searah dengan arah
perumpamaan dianggap positif.
- Arus yang mengalir dari kutub
negatif ke kutup positif di dalam elemen dianggap positif.
- Pada loop dari satu titik
cabang ke titik cabang berikutnya kuat arusnya sama.
- Jika hasil perhitungan kuat
arus positif maka arah perumpamaannya benar, bila negatif berarti arah
arus berlawanan dengan arah pada perumpamaan.
HUKUM
KIRCHOFF ARUS.
Berbunyi: "Besarnya arus
listrik yang masuk di titik percabangan sama dengan besarnya arus listrik yang
keluar dari titik percabangan."
Contoh:
Jumlah arus masuk = 2.1A + 2.4A = 4.5A
Jumlah arus keluar = 1.5A + 3A = 4.5A
Contoh:
Jumlah arus masuk = 2.1A + 2.4A = 4.5A
Jumlah arus keluar = 1.5A + 3A = 4.5A
HUKUM
KIRCHOFF TEGANGAN.
Berbunyi: "Jumlah dari
masing-masing tegangan jatuh pada sebuah rangkaian seri sama dengan besarnya
tegangan total yang melewati rangkaian seri tersebut."
Contoh:
Contoh:
Tegangan jatuh adalah V1, V2 dan V3. Hasil dari penjumlahan ketiga tegangan jatuh tersebut merupakan nilai dari VT yang melewati cell (battery).
HUKUM TEGANGAN KIRCHHOFF
Hal
ini memiliki tiga komponen - baterai dan dua komponen lainnya. Masing-masing
dari tiga komponen akan memiliki akan arus yang melalui itu dan tegangan di
atasnya. Di sini kita ingin fokus pada tegangan di setiap elemen, dan bagaimana
tiga tegangan yang terkait.
Kita bisa mengukur tegangan:
- Di mana saja sepanjang kawat
yang ditampilkan dalam warna ungu
- Mana saja di sepanjang kawat
ditampilkan dalam warna hijau
- Mana saja di sepanjang kawat
diperlihatkan dengan warna biru.
Catatan: Setiap titik di sepanjang
kawat hijau pada tegangan yang sama, dan berhubungan situasi yang sama untuk
kawat dan kabel biru ungu.
Berikut
sirkuit yang sama. Di sini, dengan tombol, Anda dapat memindahkan titik yang
mewakili biaya sekitar sirkuit.
KIRCHHOFF HUKUM
RADIASI TERMAL
Dalam termodinamika , hukum
Kirchhoff radiasi termal, atau hukum Kirchhoff untuk jangka
pendek, adalah pernyataan umum menyamakan emisi dan penyerapan di objek
dipanaskan, diusulkan oleh Gustav Kirchhoff pada tahun 1859, berikut dari
pertimbangan umum termodinamika
ekuilibrium dan keseimbangan rinci .
Jika itu adalah sempurna tubuh hitam ,
menyerap semua cahaya yang menyerang itu, ia memancarkan energi sesuai dengan
rumus radiasi benda hitam. Lebih umum, itu adalah "abu-abu tubuh"
yang terpancar dengan beberapa emisivitas dikalikan dengan rumus
hitam-tubuh. Kirchhoff's law states that:
Hukum Kirchhoff menyatakan bahwa:
Di sini, absorptivitas (atau absorbansi)
adalah fraksi cahaya insiden (daya) yang diserap oleh tubuh / permukaan. Dalam bentuk yang paling umum
dari teorema, kekuatan ini harus diintegrasikan atas semua panjang gelombang
dan sudut. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, emisivitas dan penyerapan dapat
didefinisikan tergantung pada panjang gelombang
dan sudut, seperti dijelaskan dibawah.
Hukum Kirchhoff memiliki konsekuensi :
emisivitas tidak dapat melebihi satu (karena absorptivitas tidak dapat, dengan konservasi energi
), sehingga tidak mungkin untuk energi termal memancarkan lebih dari tubuh
hitam, pada kesetimbangan. Dalam pendaran negatif
penyerapan sudut dan panjang gelombang emisi terintegrasi melebihi materi,
bagaimanapun, sistem tersebut didukung oleh sumber eksternal dan karenanya
tidak dalam kesetimbangan
Teorema ini kadang-kadang informal dinyatakan
sebagai reflektor yang buruk adalah emitor yang baik, dan reflektor yang
baik adalah emitor miskin. Itu sebabnya, misalnya, selimut darurat ringan termal
didasarkan pada reflektif coating logam
: mereka kehilangan sedikit panas oleh radiasi.
TEGANGAN JEPIT (V.b) :
adalah beda potensial antara kutub-kutub sumber atau antara dua titik yang
diukur.
1. Bila batere mengalirkan arus maka tegangan jepitnya adalah:
1. Bila batere mengalirkan arus maka tegangan jepitnya adalah:
Vab = e - I rd
|
2.
Bila batere menerima arus maka tegangan jepitnya adalah:
Vab = e + I rd
|
3.
Bila batere tidak mengalirkan atau tidak menerima arus maka
tegangan jepitnya adalah .
tegangan jepitnya adalah .
Vab = e
|
Dalam
menyelesaian soal rangkaian listrik, perlu
diperhatikan :
1. Hambatan R yang dialiri arus listrik. Hambatan R diabaikan jika tidak
dilalui arus listrik.
2. Hambatan R umumnya tetap, sehingga lebih cepat menggunakan
rumus yang berhubungan dengan hambatan R tersebut.
3. Rumus yang sering digunakan: hukum Ohm, hukum Kirchoff, sifat
rangkaian, energi dan daya listrik.
Contoh 1 :
1. Hambatan R yang dialiri arus listrik. Hambatan R diabaikan jika tidak
dilalui arus listrik.
2. Hambatan R umumnya tetap, sehingga lebih cepat menggunakan
rumus yang berhubungan dengan hambatan R tersebut.
3. Rumus yang sering digunakan: hukum Ohm, hukum Kirchoff, sifat
rangkaian, energi dan daya listrik.
Contoh 1 :
Untuk
rangkaian seperti pada gambar, bila saklar S1 dan S2 ditutup maka hitunglah
penunjukkan jarum voltmeter !
Jawab
:
Karena
saklar S1 dan S2 ditutup maka R1,
R2, dan R3 dilalui arus listrik, sehingga :
1
= 1 + 1
Rp R2 R3 Rp = R2 R3 = 2W R2 + R1 V = I R = I (R1 + Rp)
I
= 24/(3+2) = 4.8 A
|
V = I2 R2 = I3 R3 = I Rp
V = I Rp = 0,8 V
V = I Rp = 0,8 V
Contoh
2:
Pada
lampu A dan B masing-masing tertulis 100 watt, 100 volt. Mula-mula lampu A den
B dihubungkan seri dan dipasang pada tegangan 100 volt, kemudian kedua lampu
dihubungkan paralel dan dipasang pada tegangan 100 volt. Tentukan perbandingan
daya yang dipakai pada hubungan paralel terhadap seri !
Hambatan
lampu dapat dihitung dari data yang tertulis dilampu :
RA = RB = V²/P = 100²/100 = 100 W Untuk lampu seri : RS = RA + RB = 200 W Untuk lampu paralel : Rp = RA × RB = 50 W RA + RB |
Karena
tegangan yang terpasang pada masing-masing rangkaian sama maka gunakan rumus :
P = V²/R
Jadi perbandingan daya paralel terhadap seri adalah :
Pp = V² : V² = Rs = 4
Ps Rp Rs Rp 1
Jadi perbandingan daya paralel terhadap seri adalah :
Pp = V² : V² = Rs = 4
Ps Rp Rs Rp 1
Contoh
3:
Dua
buah batere ujung-ujungnya yang sejenis dihubungkan, sehingga membentuik
hubungan paralel. Masing-masing batere memiliki GGL 1,5 V; 0,3 ohm dan 1 V; 0,3
ohm.Hitunglah tegangan bersama kedua batere tersebut !
Jawab
:
Tentakan
arah loop dan arah arus listrik (lihat gambar), dan terapkan hukum Kirchoff II,
Se + S I
R = 0
e1 + e2 = I (r1 + r2) I = (1,5 - 1) = 5 A 0,3 + 0,3 6 |
Tegangan
bersama kedua batere adalah tegangan jepit a - b, jadi :
Vab = e1 - I r1 = 1,5 - 0,3 5/6 = 1,25 V
1= e2 + I R2 = 1 + 0,3 5/6 = 1,25 V
Contoh 4:
Vab = e1 - I r1 = 1,5 - 0,3 5/6 = 1,25 V
1= e2 + I R2 = 1 + 0,3 5/6 = 1,25 V
Contoh 4:
Sebuah
sumber dengan ggl = E den hambatan dalam r dihubungkan ke sebuah potensiometer
yang hambatannya R. Buktikan bahwa daya disipasi pada potensiometer mencapai
maksimum jika R = r.
Jawab
:
Dari
Hukum Ohm : I = V/R = e
R+r Daya disipasi pada R : P = I²R = e ²R (R+r)² |
Agar
P maks maka turunan pertama dari P harus nol: dP/dR = 0 (diferensial parsial)
Jadi e² (R+r)² - E² R.2(R+r) = 0
(R+r)4
e² (R+r)² = e² 2R (R+r) Þ R + r = 2R
R = r (terbukti)
Jadi e² (R+r)² - E² R.2(R+r) = 0
(R+r)4
e² (R+r)² = e² 2R (R+r) Þ R + r = 2R
R = r (terbukti)
Hukum Kirchoff 2 berbunyi : " Dalam rangkaian tertutup, Jumlah aljabbar GGL
(E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol". Maksud
dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi listrik
yang hilang dalam rangkaian tersebut, atau dalam arti semua energi listrik bisa
digunakan atau diserap.
Dari gambar diatas kuat arus yang mengalir dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa aturan sebagai berikut :
- Tentukan arah putaran arusnya
untuk masing-masing loop.
- Arus yang searah dengan arah
perumpamaan dianggap positif.
- Arus yang mengalir dari kutub
negatif ke kutup positif di dalam elemen dianggap positif.
- Pada loop dari satu titik
cabang ke titik cabang berikutnya kuat arusnya sama.
- Jika hasil perhitungan kuat
arus positif maka arah perumpamaannya benar, bila negatif berarti arah
arus berlawanan dengan arah pada perumpamaan.
Latihan
soal :
Masih dari gambar di atas bila diketahui :
Masih dari gambar di atas bila diketahui :
E1
= 10 V dan r1 = 0,2 ohm
E2
= 12 V dan r2 = 0,25 ohm
R1
= 0,3 ohm
R2
= 1,5 ohm
R3
= 0,5 ohm
maka tentukan besar dan arah kuat arus yang mengalir melalui
tiap cabang (tentukanah I1, I2 dan I3)
Dalam kehidupan sehari hari kadang kita
tak menyadari tentang apa yang kita rasakan, tapi mungkin ini baru terasa oleh
orang yang pernah ke "stroom" sama listrik, yang merasakan rasa
"ngereunyeud" -nya, tapi dibalik semua itu, orang-orang terdahulu dari
kita telah meneliti hal-hal ini, walau deskripsi tadi mungkin belum terlalu
nyambung dengan materi yang akan kita bahasa hari ini, tapi langkah lebih
baiknya kita menyadari apa yang ada di sekitar kita, setelah kita menyadari
barulah kita fahami teori nya, atau sebaliknya, setelah kita memahami teori
maka kita rasakan keberadaan nya dui alam ini.
Oke dalam bahasan kali ini akan di berikan dua bahasan langsung yaitu tentang hukum yang di ungkapkan oleh Kirchoff dan oleh Ohm, keduanya sama membahas tentang arus, hanya bedanya ohm lebih pada arus yang mengalir pada konduktor yang memiliki beda potensial, sedangkan kirchoff menelaah kuat arus pada rangkaian, baik tertutup atau pada percabangan.
yah terlalu banyak cuap cuap mungkin akan membuat bosan, langsung saja ya......, ini saya ambil dari berbagai sumber.
Oke dalam bahasan kali ini akan di berikan dua bahasan langsung yaitu tentang hukum yang di ungkapkan oleh Kirchoff dan oleh Ohm, keduanya sama membahas tentang arus, hanya bedanya ohm lebih pada arus yang mengalir pada konduktor yang memiliki beda potensial, sedangkan kirchoff menelaah kuat arus pada rangkaian, baik tertutup atau pada percabangan.
yah terlalu banyak cuap cuap mungkin akan membuat bosan, langsung saja ya......, ini saya ambil dari berbagai sumber.
E. HUKUM INTERAKSI BIOT SAVART
Secara umum, Hukum Biot Savart telah dijelaskan
pada artikel yang lalu hukum-hukum dasar listrik, maka artikel kali ini
akan menjelaskan lebih lanjut mengenai Hukum Biot Savart tersebut. Hukum ini
memberikan nilai gaya yang dihasilkan berdasarkan interaksi antara medan magnet
dan arus yang mengalir pada konduktor.
Gaya elektromagnetik diperoleh dengan:
fo = Bli sin α newton.....(1)
dengan,
B = kerapatan fluks, Wb/m^2 (T)
l = panjang konduktor, m
i = arus yang mengalir pada konduktor, A
α = sudut antara arah arus dengan arah medan magnet.
Arah gaya yang dihasilkan tegak lurus dengan arus dan medan magnet. Pada mesin listrik, medan magnet bersifat radial pada celah udara, artinya konduktor dan medan magnet tegak lurus satu sama lain dan α = 90^o.
fo = Bli newton..... (2)
Pada Gambar 1(a), B menunjukkan kerapatan fluks dari medan magnet asal. Adanya konduktor yang mengaliri arus menimbulkan medan magnet baru. Medan asal dan medan yang menggabungkan konduktor untuk menghasilkan medan baru ditunjukkan pada Gambar 1(b). Medan yang dihasilkan berubah di sekitar konduktor, kerapatan fluks yang dihasilkan menjadi besar di satu sisi dan kecil di sisi lainnya sehingga menimbulkan adanya gaya elektromagnetik dengan arah seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Pada kondisi peningkatan kerapatan fluks di satu sisi sama nilainya dengan penurunan di sisi lainnya, besarnya gaya elektromagnetik diperoleh melalui Persamaan 2.
Ketika arah arus dan arah medan magnet dibalik, arah gaya yang bekerja pada konduktor juga berubah. Namun, jika arah arus dan medan magnet diubah, arah gaya yang dihasilkan tidak berubah. Gambar 1(c) menunjukkan pengaruh perubahan pengubahan arus ketika arah medan diubah. Jelas bahwa pada kondisi tersebut arah gaya berubah.
Hukum Biot Savart dapat diterapkan untuk mengukur gaya antara dua arus yang mengalir pada konduktor. Gambar 2 menunjukkan arus paralel pada konduktor l dipisahkan oleh jarak D dan berada pada permeabilitas μ. Kedua arus disebut dengan I1 dan I2. pada Gambar 2(a), kedua arus mengalir dengan arah yang sama sementara pada Gambar 2(b) arus tersebut mengalir dengan arah yang berbeda. Medan magnet yang dihasilkan juga ditunjukkan. Jelas bahwa ketika konduktor mengaliri arus dengan arah yang sama, ada gaya tarik antara keduanya sementara bila arus yang mengalirinya berbeda arah terdapat gaya tolak diantara keduanya.
Nilai kerapatan fluks pada konduktor yang mengaliri arus I2 terhadap I sebesar:
Gaya elektromagnetik diperoleh dengan:
fo = Bli sin α newton.....(1)
dengan,
B = kerapatan fluks, Wb/m^2 (T)
l = panjang konduktor, m
i = arus yang mengalir pada konduktor, A
α = sudut antara arah arus dengan arah medan magnet.
Arah gaya yang dihasilkan tegak lurus dengan arus dan medan magnet. Pada mesin listrik, medan magnet bersifat radial pada celah udara, artinya konduktor dan medan magnet tegak lurus satu sama lain dan α = 90^o.
fo = Bli newton..... (2)
Pada Gambar 1(a), B menunjukkan kerapatan fluks dari medan magnet asal. Adanya konduktor yang mengaliri arus menimbulkan medan magnet baru. Medan asal dan medan yang menggabungkan konduktor untuk menghasilkan medan baru ditunjukkan pada Gambar 1(b). Medan yang dihasilkan berubah di sekitar konduktor, kerapatan fluks yang dihasilkan menjadi besar di satu sisi dan kecil di sisi lainnya sehingga menimbulkan adanya gaya elektromagnetik dengan arah seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Pada kondisi peningkatan kerapatan fluks di satu sisi sama nilainya dengan penurunan di sisi lainnya, besarnya gaya elektromagnetik diperoleh melalui Persamaan 2.
Ketika arah arus dan arah medan magnet dibalik, arah gaya yang bekerja pada konduktor juga berubah. Namun, jika arah arus dan medan magnet diubah, arah gaya yang dihasilkan tidak berubah. Gambar 1(c) menunjukkan pengaruh perubahan pengubahan arus ketika arah medan diubah. Jelas bahwa pada kondisi tersebut arah gaya berubah.
Hukum Biot Savart dapat diterapkan untuk mengukur gaya antara dua arus yang mengalir pada konduktor. Gambar 2 menunjukkan arus paralel pada konduktor l dipisahkan oleh jarak D dan berada pada permeabilitas μ. Kedua arus disebut dengan I1 dan I2. pada Gambar 2(a), kedua arus mengalir dengan arah yang sama sementara pada Gambar 2(b) arus tersebut mengalir dengan arah yang berbeda. Medan magnet yang dihasilkan juga ditunjukkan. Jelas bahwa ketika konduktor mengaliri arus dengan arah yang sama, ada gaya tarik antara keduanya sementara bila arus yang mengalirinya berbeda arah terdapat gaya tolak diantara keduanya.
Nilai kerapatan fluks pada konduktor yang mengaliri arus I2 terhadap I sebesar:
F. HUKUM INDUKSI FARADAY
Hukum induksi
Faraday menyatakan bahwa
tegangan gerak elektrik imbas ε
di dalam sebuah rangkaian adalah sama (kecuali
tanda negatifnya) dengan kecepatan perubahan
fluks yang melalui rangkaian tersebut. Jika
kecepatan perubahan fluks dinyatakan di dalam weber/sekon, maka tegangan gerak
elektrik ε akan dinyatakan di dalam
volt.
Dimana, adalah perubahan fulks magnetik, dan tanda minus
digunakan untuk mengingatkan arah ggl induksi.
G. HUKUM LENZ
Arah arus
induksi yang timbul karena adanya perubahan fulks magnetik dalam kumparan dapat
ditentukan dengan menggunakan Hukum Lenz .
Menurut Hukum Lenz, arus imbas akan muncul di dalam arah yang sedemikian
rupa sehingga arah tersebut menentang perubahan yang menghasilkannya.
Jadi, ketika magnet
mendekati kumparan, jumlah garis gaya yang dilingkupinya bertambah sehingga
timbul arus induksi. Hal ini berarti:
1. Apabila jumlah fulks magnetik yang memasuki kumparan berubah, pada
ujung-ujung kumparan akan timbul GGL induksi,
2. Besarnya GGL induksi bergantung pada laju perubahan
fluks dan banyaknya lilitan pada kumparan.
GGL dapat diinduksi dengan tiga cara, yaitu:
1.
Dengan mengubah medan
magnet B,
2.
Dengan mengubah luasan
kumparan dalam medan,
3.
Dengan mengubah
orientasi kumparan θ terhadap medan
dφ = BdA
dφ = Blds
Dimana, ε = - Blv
Untuk N lilitan
Hukum Ampere
Jika
ada dua buah penghantar sejajar yang panjang, terpisah sejauh d dan
masing-masing dialiri arus arus listrik sebesar I1 dan I2
seperti terlihat di Gambar 1, maka kedua penghantar itu akan
tarik-menarik atau tolak-menolak. Kenyataan eksperimen semacam itu diperhatikan
pertama kali oleh Ampere.
Yang
dikenal sebagai hukum Ampere.
Dengan
adalah keliling lingkaran, maka persamaan (9.1) dapat ditulis menjadi :
Di Dekat Sebuah Kawat Yang Panjang
Garis-garis
B untuk sebuah kawat
silinder lurus yang panjang yang mengangkut sebuah arus i merupakan
lingkaran-lingkaran konsentris yang berpusat pada sumbu kawat dan B pada suatu jarak r dari
sumbu ini adalah diberikan oleh :
Dua Penghantar Yang Sejajar
Gaya
F per satuan panjang l pada konduktor yang membawa arus i2
adalah :
Dalam
penggunaan hukum Ampere untuk menentukan H,
maka
dua kondisi berikut ini haruslah terpenuhi:
s Di
setiap titik lintasan tertutup komponen H adalah bersifat tangensial
atau normal terhadap lintasan.
s H
memiliki nilai yang sama pada setiap titik lintasan di mana H adalah
tangensial.
Contoh
Soal:
Gunakan
hukum Ampere untuk memperoleh H yang diakibatkan oleh filamen lurus arus
I dengan panjang tak berhingga!
Penyelesaian!
ü Dengan menyelesaikan
integral di atas
ü Bentuk
diferensial dari hukum Ampere dapat diturunkan yang juga akan menghubungkan
medan magnetik statik H dengan arus elektrik konstan.
ü Sebelum
mendefinisikan bentuk diferensial, akan dikenalkan terlebih dahulu curl dari
sebuah vektor.
ü curl A dalam
arah an didefinisikan sebagai
ü Dalam
sebuah sistem koordinat, curl A secara lengkap dispesifikasi oleh
komponen-komponennya di sepanjang vektor satuan koordinat.
ü Sebagai
contoh, komponen x dalam koordinat Cartesian didefinisikan dengan mengambil
kontur C sebagai sebuah bujur sangkar pada bidang datar x konstan
melalui titik P seperti tampak pada Gambar.
ü
Jika A =Ax ax +
Ayay +AZaZ pada sudut DS
yang paling dekat dengan titik pusat (titik
1), maka
dan
ü Komponen y dan z dapat ditentukan dengan cara yang sama
ü Dengan menggabungkan
ketiga komponen yang diperoleh, curl A dalam koordinat Cartesian adalah
ü Untuk koordinat
silindris
ü Untuk
koordinat bola
Dua
sifat curl A yang seringkali digunakan ialah
Divergensi curl dari sebuah vektor adalah sama dengan nol
Divergensi curl dari sebuah vektor adalah sama dengan nol
Curl gradien dari
sebuah fungsi skalar adalah sama dengan nol
Sebagai contoh, dalam
kondisi statik, medan elektrik
sehingga,
Ini
merupakan bentuk uji lain terhadap sifat konservasi medan vektor, yaitu jika
curl sama dengan nol, maka medan tersebut adalah medan konservatif
ü Dalam
sisi pandang hukum Ampere, persamaan yang mendefinisikan (curl H)x dapat
ditulis sebagai
ü di
mana Jx =dIx/dS adalah kerapatan arus dalam arah x
ü Jadi
komponen x dari (curl H)x dan kerapatan arus Jx adalah
sama di setiap titik.
ü Untuk
komponen y dan z, relasi yang diperoleh dalam serupa, sehingga relasi secara
keseluruhan dapat dituliskan sebagai
ü Persamaan
di atas merupakan bentuk diferensial hukum Ampere untuk medan magnetik statis.
Medan magnetik H tidak bersifat konservatif.
Contoh
soal:
Sebuah
konduktor panjang dan lurus memiliki penampang melintang dengan jari-jari a.
Kuat medan magnetik di dalam konduktor (r < a) adalah H = (Ir/2pa2)af
dan H = (I/2pa2)af
untuk (r < a). Carilah kerapatan arus J untuk kedua daerah tersebut!
Penyelesaian
:
Untuk
daerah di dalam konduktor, dengan menggunakan persamaan
yang
berkorespondensi dengan arus yang memiliki magnetuda I dalam arah +z yang
terdistribusi secara merata pada penampang melintang dengan luas area pa2.
diluar konduktor:
yang
berarti bahwa arus hanya mengalir di dalam konduktor.
0 Comment to "Hukum Coloumb dan Gauss"
Post a Comment