Memang ini jiwa dan raga
habis diguncang gempa beruntun
hampir dua dasawarsa terakhir
aku tak bisa membendung
hanya sia-sia
jika melakukan pemberontakan
Sebisa mungkin aku memperbaiki diri
dan menata ulang pembangunan
tentu tanpa perencanaan matang
lebih sering berganti-ganti konsep
seperti pembangunan negeri ini
tumbuh liar bersama bangkitnya
pengemis-pengemis palsu,
ustaz palsu, dan wakil rakyat palsu
Kuundang para penyair dan orang saleh
untuk mendendangkan lagu kematian
untuk mengingat sejumlah kiamat kecil
untuk membaca ulang setiap rencana
yang gagal total diwujudkan
Menginsafi kesalahan
memahami kekurangan
menyederhanakan keinginan
adalah kasidah tersyahdu sepanjang zaman
yang dinyanyikan para perindu kematian
0 Comment to "REQUIEM TERAKHIR"
Post a Comment