Thursday 30 September 2021

KAIDAH USHUL FIQIH KE-26 : PERBEDAAN HUKUM PERINTAH TERKAIT PELAKUNYA ATAU PERBUATANNYA

🍀 Kaidah yang ke 26 🍀*

*👉🏼 Perintah apabila yang dimaksud darinya pelakunya, maka perintah itu hukumnya FARDHU ‘AIN* (*).
.
*👉🏼 Dan apabila yang dimaksud perbuatannya, maka perintah itu hukumnya FARDHU KIFAYAH* (**).

Ini adalah kaidah untuk membedakan antara perintah yang bersifat fardhu ‘ain dan perintah yang bersifat fardhu kifayah.

Bila yang dimaksud adalah pelakunya maka fardhu ‘ain.
⚉ contohnya perintah untuk sholat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya.

Bila yang dimaksud perbuatannya maka fardhu kifayah.
⚉ contohnya adalah adzan, bila ada satu orang adzan, maka itu sudah terhasilkan. Maka itu mencukupi.
⚉ contohnya lagi menyelenggarakan pengurusan jenazah. tidak wajib setiap orang mengurus jenazah.
.
.
Wallahu a’lam 🌴
.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
.
Dari kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى.
.
(*) *Fardhu ‘ain (kewajiban perorangan).* Fardhu ain artinya kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap individu Muslim yang telah memenuhi sarat dan tidak bisa di wakili / di ganti orang lain, misalnya shalat lima waktu, hijab, zakat, puasa dan pergi haji ke Mekkah sekali seumur hidup.
.
(**) *Fardhu Kifayah.* Fardhu kifayah artinya kewajiban yang dibebankan pada seluruh ummat. Seseorang tidak diwajibkan melaksanakan suatu tugas jika ada cukup orang dalam kelompok masyarakat telah memenuhinya. Contohnya adalah adzan, bila ada satu orang adzan, maka itu sudah terhasilkan. Maka itu mencukupi. Contohnya lagi menyelenggarakan pengurusan jenazah, tidak wajib setiap orang mengurus jenazah.

Share this

0 Comment to "KAIDAH USHUL FIQIH KE-26 : PERBEDAAN HUKUM PERINTAH TERKAIT PELAKUNYA ATAU PERBUATANNYA"

Post a Comment